Saat Petani dan Nelayan Indonesia Sampai ke Rumah Allah di Abad ke-18

Tempat Download Software , Android, Games PC, Aplikasi , Inject Dan Ssh Gratis, Tanpa Adfly , Terbaru Dan Terlengkap

Saat Petani dan Nelayan Indonesia Sampai ke Rumah Allah di Abad ke-18



Saat Petani dan Nelayan Indonesia Sampai ke Rumah Allah di Abad ke-18 Foto: Ilustrasi oleh Zaki Alfarabi/detikcom
FOKUS BERITA: Berhaji di Tanah Suci
Jakarta - Sejarah haji di Nusantara dimulai pada abad ke-18. Saat itu tujuan utama masyarakat Nusantara datang ke Makkah bukanlah untuk beribadah haji, tetapi untuk berdagang dan belajar ilmu agama.

Sebagian besar jemaah haji Indonesia setiap tahunnya adalah para petani, termasuk di dalamnya nelayan dan peternak. Mereka mendapatkan biaya perjalanan haji dari menjual hasil perkebunan dan pertanian.

Jemaah haji asal Jawa, Sumatera dan Kalimantan pada umumnya memperoleh biaya perjalanan haji dari penjualan hasil pertanian dan perkebunan. Di Jawa, hasil pertanian andalannya adalah padi, lada dan kopi. Di Sumatera, selain padi, ada juga tembakau dan karet. Sedangkan di Kalimantan, banyak perkebunan karet.

Hasil bumi yang dijual dari daerah-daerah pertanian dan perkebunan memiliki harga cukup tinggi. Sehingga para petani mampu berhaji pada saat itu. Begitu juga para nelayan yang hasil lautnya melimpah.

Baca Juga: Berlayar Melalui Samudera Hindia Hingga Laut Merah untuk Berhaji

Seiring berjalannya waktu dan banyaknya orang Indonesia yang ke Makkah untuk belajar ilmu agama di sana, maka informasi tentang haji di Tanah Air juga semakin luas. Masyarakat mulai memahami haji sebagai salah satu kewajiban bagi mereka yang mampu menunaikannya.

Dalam buku Historiografi Haji Indonesia karya M. Shaleh Putuhena dikatakan sesudah pertengahan abad 19, jumlah haji dari Nusantara berkembang pesat. Bila tahun 1852 tercatat 413 orang yang pergi haji ke Makkah maka pada enam tahun kemudian yakni tahun 1858 ada 3.862 orang yang pergi haji.

"Rata-rata setiap tahun telah berangkat sejumlah 2.597 orang Nusantara ke Haramain, suatu lonjakan yang sangat luar biasa dibandingkan pada 1852," tulis M. Shaleh seperti dikutip detikcom, Senin (22/8/2016).

Baca: Tips Mudah Berpakaian Ihram

Menurutnya catatan haji saat itu masih belum teratur, baru pada tahun 1861 kepergian jemaah tercatat setiap tahunnya. Jumlah jemaah yang berangkat juga terus bertambah. Jumlah jamaah haji terbanyak pada masa itu tercatat pada tahun 1896 yaitu 11.909 orang dan terkecil pada tahun 1865 sejumlah 1.901.

Berkembangnya jemaah haji ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu banyak masyarakat muslim yang bermukim di pesantren dan belajar banyak tentang Islam dari guru-guru mereka di sana. Mereka mamahami haji sebagai salah satu rukun Islam.

"Mereka merasa bekewajiban untuk melaksanakannya jika telah mempunyai kemampuan untuk itu," kata M. Shaleh.




detikcom selama bulan haji akan menerbitkan secara berkala artikel yang berkaitan dengan seputar ibadah haji. Dari mulai liputan sejarah hingga reportase langsung dari Tanah Suci. Anda punya cerita menarik terkait perjalanan haji masa lampau atau kisah inspiratif? Silakan kirim ke inspirasihaji@detik.com. Jangan lupa sertakan nomor telepon dan foto-foto pendukungnya.
(slh/ega)

Related Post

0 Komentar untuk "Saat Petani dan Nelayan Indonesia Sampai ke Rumah Allah di Abad ke-18"
Back To Top